Selamanya konservatif itu kekal
Tapi tidak selamanya harus konservatif
Selamanya reformasi itu membawa perubahan
Tapi tidak selamanya harus reformasi
Seperti arus air mengalir yang debit alirannya kekal
tapi bukan debit alirannya yang terjadi reformasi
begitupun dengan gaya yang terjadi karena perubahan momentumnya kekal
tapi bukan berarti setiap ada momentum pasti ada gaya
samahalnya dengan adanya medan listrik pasti ada medan magnet
tapi bukan berarti jika ada medan magnet pasti ada medan listrik
FAhEiPen
Selasa, 28 Juni 2011
Rabu, 22 Juni 2011
Minggu, 12 Juni 2011
Memahami Konsep Belajar
Written by Dede Rohaniawati M.Pd.
Tuesday, 10 May 2011 15:45
Tuesday, 10 May 2011 15:45
Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Seseorang menjadi dewasa karena dia telah melewati sebuah proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan, ia belajar sesuatu dari berbagai aspek kehidupan baik itu formal maupun nonformal. Dengan belajar seseorang diharapkan menjadi manusia yang sesungguhnya, atau didalam konsep pendidikan Islam dinamakan manusia yang berkepribadian kaffah/insan kamil atau manusia paripurna. Salah satu indikator manusia kaffah selain memiliki kecerdasan adalah memiliki perilaku yang baik (akhlakul karimah), mungkin inilah yang dirasa cukup berat oleh para pendidik karena pada kenyataannya proses belajar belum mampu sepenuhnya mencapai hal tersebut. Berkaca pada pengalaman penulis ketika mengajar di perguruan tinggi, terkadang hakikat belajar itu sering terabaikan karena proses belajar yang sesungguhnya tidak terjadi, cara pandang tentang belajar terkadang salah kaprah, banyak mahasiswa yang menganggap belajar di perguruan tinggi lebih “enak” ketimbang belajar di SMU, perhatikan saja belajar di SMU sangat dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi yang sudah ditentukan oleh sistem (ujian nasional), secara otomatis siswa tidak akan lulus jika tidak mencapai nilai yang ditetapkan, maka banyak para siswa yang setelah lulus SMU seperti ‘memecahkan bisul yang sudah masak’ akhirnya penderitaan berakhir!, padahal proses belajar berikutnya akan mereka hadapi dan tentunya lebih berat dan menantang.
Belajar di perguruan tinggi sangat menjungjung kemandirian, mahasiswa dituntut aktif membaca, mencari dan menganalisis sebuah masalah secara komprehensif. Soewarjono (2004) dalam artikelnya mengenai “perilaku belajar diperguruan tinggi” mengatakan bahwa “kemandirian belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi”. Seseorang yang terbiasa dicekoki materi ketika belajar di sekolah menengah harus menghadapi situasi belajar yang berbeda ketika memasuki perguruan tinggi yaitu belajar mandiri, alhasil banyak mahasiswa yang keteteran menghadapi situasi ini; di kelas hanya beberapa persen saja yang pro aktif ‘mempergunakan’ dosennya ketika diskusi, banyak mahasiswa yang datang ke kelas hanya duduk, mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan dosen lalu keluar kelas. Hal tersebut merupakan indikator ketidaksiapan mereka memasuki perguruan tinggi, lalu pertanyaannya kenapa mereka seperti itu? apa penyebabnya? dan bagaimana jalan keluarnya?.
Proses pembelajaran yang terjadi pada umumnya adalah seseorang lebih banyak dituntut untuk mendengarkan dari pada aktif atau kreatif, mereka hanya dijadikan obyek dalam belajar hal ini terjadi dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas, hampir 12 tahun mereka belajar seperti itu! maka tidak heran ketika memasuki perguruan tinggi mereka tidak siap dengan metode belajar mandiri. Pada dasarnya proses pendidikan itu berkesinambungan artinya proses pendidikan sebelumnya akan memengaruhi proses pendidikan selanjutnya, oleh karenanya konsep “student centre” atau murid merupakan subyek dalam pembelajaran harus benar-benar diterapkan oleh para pendidik disemua jenjang pendidikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara mereka belajar dijenjang berikutnya. Ketidaksiapan seseorang dalam memasuki perguruan tinggi juga dikarenakan faktor ‘mindset’ atau cara pandang seseorang dalam memaknai belajar. Sedikitnya ada beberapa potensi yang harus dikembangkan dalam proses belajar diantaranya aspek kognitif, menurut Bloom (Djahiri, 1996) aspek tersebut mencakup “hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi”. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk dapat mengingat, memahami, menganalisis dan menyimpulkan serta menerapkan sebuah teori dalam permasalahan yang sesungguhnya, dengan itu mereka diharapkan menjadi seorang pembelajar aktif, kritis serta reaktif terhadap permasalahan yang ada. Sementara secara afektif yang meliputi “emosi, feeling-minding, cita rasa, kemauan, kecintaan, sikap, sistem nilai serta sistem keyakinan (Djahiri, 2007)”. Itu berarti mahasiswa diharapkan memiliki motivasi atau minat yang tinggi terhadap proses belajar sehingga mereka dapat menghargai proses belajar serta dapat mengintegrasikan nilai-nilai yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikutnya aspek psikomotorik dimana mahasiswa dapat mempraktikkan kompetensi atau keahliannya dalam dunia kerja, wirausaha dan kehidupan bermasyarakat. Proses belajar seperti ini harus didukung oleh seluruh stakeholder kampus khususnya dosen yang bertindak sebagai pembimbing, patner, serta motivator bagi seluruh mahasiswanya. Mudah-mudahan dengan kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia belajar diperguruan tinggi memiliki korelasi terhadap kesiapan mereka dalam menghadapi situasi jaman yang lebih kompleks serta terasa lebih berat ini. Amin
Selasa, 31 Mei 2011
Senin, 30 Mei 2011
IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA
ABSTRAK
Fakhruddin
Metode Problem Solving Laboratory merupakan pembelajaran yang menjadikan kelas sebagai laboratorium mini sehingga mempermudah bagi siswa untuk membuktikan teori-teori fisika pada saat proses belajar mengajar tanpa membutuhkan waktu pelajaran tambahan untuk melaksanakan praktikum di laboratorium serta mempermudah bagi guru untuk mengontrol kemampuan dan minat belajar setiap siswa.
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar melalui implementasi metode Problem Solving Laboratory lebih tinggi daripada siswa yang diajar melalui implementasi metode Problem Solving.
Sampel dalam penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas X.3 sebagai kelas eksperimen yang melibatkan 35 orang siswa dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol yang melibatkan 34 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Kelompok (Cluster Random). Instrumen penelitian berupa Silabus, Rencana Pembelajaran (RPP), Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) dan soal tes kemampuan berpikir krtis fisika siswa dengan bentuk soal subjektif (essey).
Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t yaitu uji pihak kanan dengan taraf signifikansi =0,05 dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar melalui impelementasi metode Problem Solving Laboratory lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar melalui implementasi metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Optika Geometri Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Kupang Tahun Ajaran 2009/2010.
ABSTRACT
Fakhruddin
Problem Solving Laboratory Method is learning a class into a mini laboratory, making it easier for students to prove theories they learn in physics during a teaching learning process without having to add additional teaching-learning time. Another advantage of this method is teachers can easily control their students’ ability and willingness to learn.
The expected aims of this research are to know whether the critical thinking ability of the students taught using the Problem Solving Laboratory Method are higher or lower than the ability of the other ones taught using the Problem Solving Method.
The samples for this research are students from two classes, namely 35 class X.3 students as experimental group and 34 class X.4 students as control group. Cluster Random Technique is used in choosing the samples. Instruments used in this research are Syllabus, Lesson Plan, Student’s Worksheet, and subjective test in order to measure students’ critical thinking ability in physics.
From the t-test analysis right-side test with the level of significance of α=0,05, it can be concluded that the students taught by the implementation of the Problem Solving Laboratory Method have higher critical thinking ability in physics than those taught using the Problem Solving Method.
Fakhruddin
Metode Problem Solving Laboratory merupakan pembelajaran yang menjadikan kelas sebagai laboratorium mini sehingga mempermudah bagi siswa untuk membuktikan teori-teori fisika pada saat proses belajar mengajar tanpa membutuhkan waktu pelajaran tambahan untuk melaksanakan praktikum di laboratorium serta mempermudah bagi guru untuk mengontrol kemampuan dan minat belajar setiap siswa.
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar melalui implementasi metode Problem Solving Laboratory lebih tinggi daripada siswa yang diajar melalui implementasi metode Problem Solving.
Sampel dalam penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas X.3 sebagai kelas eksperimen yang melibatkan 35 orang siswa dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol yang melibatkan 34 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Kelompok (Cluster Random). Instrumen penelitian berupa Silabus, Rencana Pembelajaran (RPP), Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) dan soal tes kemampuan berpikir krtis fisika siswa dengan bentuk soal subjektif (essey).
Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t yaitu uji pihak kanan dengan taraf signifikansi =0,05 dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar melalui impelementasi metode Problem Solving Laboratory lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajar melalui implementasi metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Optika Geometri Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Kupang Tahun Ajaran 2009/2010.
ABSTRACT
Fakhruddin
Problem Solving Laboratory Method is learning a class into a mini laboratory, making it easier for students to prove theories they learn in physics during a teaching learning process without having to add additional teaching-learning time. Another advantage of this method is teachers can easily control their students’ ability and willingness to learn.
The expected aims of this research are to know whether the critical thinking ability of the students taught using the Problem Solving Laboratory Method are higher or lower than the ability of the other ones taught using the Problem Solving Method.
The samples for this research are students from two classes, namely 35 class X.3 students as experimental group and 34 class X.4 students as control group. Cluster Random Technique is used in choosing the samples. Instruments used in this research are Syllabus, Lesson Plan, Student’s Worksheet, and subjective test in order to measure students’ critical thinking ability in physics.
From the t-test analysis right-side test with the level of significance of α=0,05, it can be concluded that the students taught by the implementation of the Problem Solving Laboratory Method have higher critical thinking ability in physics than those taught using the Problem Solving Method.
PENGEMBANGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DENGAN BERBANTUAN ALAT PERAGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN
ABSTRAK
Pengembangan strategi konflik kognitif dengan model PBL dan CL berbantuan alat peraga adalah pembelajaran yang mengintergrasikan sintaks strategi konflik kognitif model Coveratif Learning (CL) dan Problem Based Learning (PBL) yang menghadapkan siswa pada suatu peristiwa dalam kehidipan sehari-hari yang berbantuan alat peraga sederhana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan strategi konflik kognitif berbantuan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen semu dengan desain Pritest-Postest Two Group Design pada dua kelas sample yaitu siswa kelas X E sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X D SMA Negeri I Kupang dengan instrument penilaian berupa perangkat pembelajaran; silabus dan penilaian, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembaran Kegiatan Siswa ( LKS) serta instrument evaluasi pembelajaran berupa Lembaran Observasi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ( KBKS) dan Tes Pemahaman Konsep Fisika Siswa ( PKSF).
Hasil penelitian dan analisis data secara deskriptif mengenai KBKS siswa diperoleh bahwa terdapat peningkatan dari kurang terampil menjadi terampil dengan komponen KBKS yang paling tinggi adalah keterampilan menjawab dan yang paling rendah adalah menarik kesimpulan.
Sedangkan secara kuantitatif mengenai pemahaman konsep fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh bahwa pemahaman konsep fisika siswa yang menerapkan pengembangan strategi konflik kognitif berbantuan alat peraga lebih baik dari pada pengembangan strategi konflik kognitif tanpa berbanutan alat peraga.
Pengembangan strategi konflik kognitif dengan model PBL dan CL berbantuan alat peraga adalah pembelajaran yang mengintergrasikan sintaks strategi konflik kognitif model Coveratif Learning (CL) dan Problem Based Learning (PBL) yang menghadapkan siswa pada suatu peristiwa dalam kehidipan sehari-hari yang berbantuan alat peraga sederhana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan strategi konflik kognitif berbantuan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen semu dengan desain Pritest-Postest Two Group Design pada dua kelas sample yaitu siswa kelas X E sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X D SMA Negeri I Kupang dengan instrument penilaian berupa perangkat pembelajaran; silabus dan penilaian, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembaran Kegiatan Siswa ( LKS) serta instrument evaluasi pembelajaran berupa Lembaran Observasi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ( KBKS) dan Tes Pemahaman Konsep Fisika Siswa ( PKSF).
Hasil penelitian dan analisis data secara deskriptif mengenai KBKS siswa diperoleh bahwa terdapat peningkatan dari kurang terampil menjadi terampil dengan komponen KBKS yang paling tinggi adalah keterampilan menjawab dan yang paling rendah adalah menarik kesimpulan.
Sedangkan secara kuantitatif mengenai pemahaman konsep fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh bahwa pemahaman konsep fisika siswa yang menerapkan pengembangan strategi konflik kognitif berbantuan alat peraga lebih baik dari pada pengembangan strategi konflik kognitif tanpa berbanutan alat peraga.
ANALISIS PERISTIWA BENDA TERAPUNG DALAM FLUIDA
ABSTRAK
Telah dilakukan kajian mengenai peristiwa benda terapung dalam fluida yang ditinjau secara fisis dan matematis sehingga diketahui bahwa hal itu dapat terjadi karena adanya berat fluida disekeliling benda dengan berat yang arahnya keatas disebut gaya apung yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan terjadi pada keadaan setimbang statis, setimbang dinamis, atau dinamis dengan persamaan atau .
Kata kunci: gaya apung, berat benda, massa jenis.
ABSTRACT
Has been done study about event of adrift object in fluid evaluated in fisis and mathematical causing is known that that thing can happened caused by fluid weight is around weighing object which its the direction is upward is called as buoyant force equal fluid weighing removed happened in the situation balance statis, dynamic balance or dynamic with equation or .
Keyword: buoyant force, object weight, density mass
Telah dilakukan kajian mengenai peristiwa benda terapung dalam fluida yang ditinjau secara fisis dan matematis sehingga diketahui bahwa hal itu dapat terjadi karena adanya berat fluida disekeliling benda dengan berat yang arahnya keatas disebut gaya apung yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan terjadi pada keadaan setimbang statis, setimbang dinamis, atau dinamis dengan persamaan atau .
Kata kunci: gaya apung, berat benda, massa jenis.
ABSTRACT
Has been done study about event of adrift object in fluid evaluated in fisis and mathematical causing is known that that thing can happened caused by fluid weight is around weighing object which its the direction is upward is called as buoyant force equal fluid weighing removed happened in the situation balance statis, dynamic balance or dynamic with equation or .
Keyword: buoyant force, object weight, density mass
Langganan:
Postingan (Atom)